Mendidik Anak di Masa Pandemi

‎بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Apakabar ummahati sholiha yang dirahmati Allah.. 
Tak terasa sudah 7 bulan kita dirumahaja dan melakukan segalanya dari rumah. Yang awalnya waktu terasa berjalan lebih lama...tapi kini sudah semakin tak terasa. Yang biasanya terasa melelahkan, kini juga tetap melelahkan, hehhee...

Alhamdulillah, 
Kajian Mother Islamic School hadir kembali dengan wajah baru. Yang biasanya kajian berkumpul di Masjid Nurul Ikhlas, Jalan Kartini no. 10 Bandung, kini bisa disimak di rumah masing-masing karena kita kajian via zoom meeting. Salah satu hikmah di masa pandemi yaa, ummahaati sholihaat.

Tema parenting adalah salah satu yang menarik di mata ummahaat dan para pendidik. Maka, gak salah kalau Ustadz Abu Zaidan selalu menyampaikan tema ini meski kita sudah menjalani setiap hari, apalagi di masa pandemi, semua anggota keluarga berkumpul besama, selalu selama 24 jam.

Mendidik Anak di Masa Pandemi

Sebelum masuk ke tema, Ustadz memberikan motivasi kepada para ummahat untuk senantiasa yakin, bersabar dan tetap tersenyum saat mendidik anak di rumah. Karena hikmah masa pandemi tidak lain dan tidak bukan adalah

Mengembalikan fungsi orangtua, terutama Ibu yang kodratnya berada di rumah dan mengurusi segala kebutuhan suami dan anak-anak.


Mendampingi anak-anak belajar
Biasanya orangtua hanya mengantar ke sekolah dan menjemput ketika pulang. Anak-anak hapalan sampai ayat berapa juga orangtua sebodo amat. Lalu, karena masa pandemi dan semuanya harus dilakukan dirumahaja, maka orangtua menjadi terkaget-kaget, karena mengajarkan semua mata pelajaran terutama menambah hapalan, itu tidaklah mudah. 

Semoga Allah merahmati para Ustadz dan Ustadzah yang membimbing putra/putri kami.


Investasi anak-anak sebagai bekal menuju akhirat
Ketika akan marah, kesal dan ingin melampiaskan kepada anak-anak, ingat kembali bahwa tujuan mendidik anak-anak adalah sebagai ladang ibadah. Ketika semua diniatkan hanya untuk Allah, maka akan terasa ringan. Tidak ada lagi keluh kesah dan curcolan di sana-sini.




Maka, pada kajian "Mendidik Anak di Masa Pandemi" ini setidaknya dipaparkan 4 tips, yaitu :

Perbaiki niat saat mengajar anak-anak

Niat orangtua terutama Ibu haruslah ikhlas lillahi ta'ala. Apa yang dimaksud dengan niat ikhlas? Niat yang datangnya dari diri sendiri hanya untuk Allah semata.

Coba praktekkan, ketika akan marah : tarik nafas, tenang, duduk dan tanya pada diri sendiri "Untuk siapa kita mendidik anak?"

Ubah mindset

Bahwa tugas mendidik adalah tugas seorang Ibu, bukan guru atau Ustadzah. Ketika anak-anak baik, maka datangnya dari keridloan Allah yang memperkenankan anak-anak untuk menjadi baik sesuai dengan madrasah pertama dan utamanya yaitu Ibu. Karena itulah, Ibu harus senantiasa belajar. Agar terlahir generasi-generasi terbaik dari rahimnya.

Seperti pada kisah Imam Malik ketika akan berangkat menuntut ilmu. Maka, sang Ibulah mempersiapkan Imam Malik untuk mempelajari adab. Baik adab saat menuntut ilmu ataupun adab keseharian.

Memantaskan diri untuk menjadi pendidik pertama

Ingin sekali kan...di puji anak bahwa "Ibuku hebat...bisa tau segalanya" atau "Ayahku jago banget Matematikanya..."

Kalau ingin menjadi bagian dari kenangan anak yang indah, pantaskan dulu diri sebagai pendidik. Terus belajar dan investasikan waktu membersamai anak.

Membiasakan anak-anak untuk melakukan sunnahNya

Melakukan kebiasaan dari hal-hal kecil agar lama-kelamaan menjadi habit. Misalnya, mengawali segala aktivitas dengan bacaan basmalah. Atau memakai atau menggunakan segala sesuatu dari yang kanan dan mengakhirinya dengan yang kiri.

Hal-hal kecil yang tertanam kuat di keseharian anak, akan membuat semuanya bernilai ibadah dan mendapat pahala, in syaa Allah.



Sesi tanya - jawab


1. Bagaimana apabila ana memiliki anak masih kecil-kecil, tapi ingin sekali mengikuti kajian via online. Karena anak-anak selalu membuat ana tidak bisa berkonsentrasi saat mengikuti kajian. 

Apa yang sebaiknya saya lakukan untuk mengembangkan diri?

Jawab :
Sebaiknya ambil jadwal kajian yang sesuai. Dengan adanya jadwal kajian, tugas sebagai Ibu dalam mendampingi anak-anak tetap terpenuhi, ilmu pun bisa diperoleh. Memang belum maksimal, tetap tetap bersabar.

Dan sangat tidak disarankan memberikan anak-anak HP, games atau gadget apapun agar anak-anaknya diam dan menurut. Karena efek jangka panjang nantinya si anak akan lebih tantrum lagi ketika tidak diberi gadget sebagai "Obat penenang".


2. Bagaimana menghadapi anak yang suka berbohong? Sang anak masih berusia 10 tahun.
Ketika saya tanya "Apakah sudah sholat?" 
Ia jawab, "Sudah".

Padahal ana tau benar bahwa si anak belum melakukannya.

Jawab :
Tanamkan kembali karakter Iman kepada anak. Ingatkan bahwa apa yang dilakukan senantiasa dilihat oleh Allah.


3. Apakah boleh ana memukul anak hanya sebagai warning?
Jadi ketika perkataan sudah tidak mempan, maka saya beri peringatan berikutnya yaitu sedikit memukul atau mencubit?

Jawab :
Sebaiknya menahan diri untuk tidak memukul atau melakukan kekerasan fisik lainnya. Meski sedikit...
Karena memukul ini bukan menghasilkan efek jera pada anak, bahkan terkadang anak malah lebih menjadi tidak takut pada orangtua.

"Aaah....palingan nanti cuma dipukul."

Juga bisa jadi kebal hukuman. Apapun yang diberitahu orangtua, tidak akan masuk dan dilakukan sang anak.

Orangtua perbanyak doa di waktu-waktu yang mustajab. Karena Allah selalu mendengar doa para wali/orangtua.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Wahai Pemeliharaku, karuniakanlah untukku (seorang putra) yang termasuk dari orang-orang yang shalih.


dan doa

 رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Wahai Pemelihara kali, anugerahkanlah untuk kami dari istri-istri dan keturunan-keturunan kami akan penyejuk hati dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” 

QS. Al-Furqan (25) : 74


4. Bagaimana melindungi anak-anak dari pengaruh lingkungan yang buruk?
Mungkin dari lingkungan bermain di sekitar rumah.

Jawab :
Hal mendasar ketika memilih rumah adalah dilihat adalah lingkungannya. Ketika lingkungan sudah terlanjur terjadi (tinggal di tempat yang heterogen), pastikan untuk menyeleksi teman si anak. Pilihkan teman-teman yang kita tahu betul bagaimana orangtuanya dalam mendidik.

Ketika tahu bahwa orangtuanya mendidik dengan cara yang berbeda dengan prinsip dasar kita, maka lebih baik anak-anak tidak perlu bermain di lingkungan seperti itu. Atau bisa juga dengan mengundang teman-teman yang sudah kita tahu betul akhlaknya.

Karena itu, selain usaha yang kita lakukan dalam memilihkan teman dan lingkungannya, jangan lupa untuk senantiasa memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla. 



Wallahu'alam bishowab.

Semoga resume Kajian Parenting Nabawiyah ini bermanfaat untuk para orangtua atau calon orangtua dimanapun berada.


Wassalamu'alaykum warahmatullah wa barakatuh.



Salam hangat,


24 comments:

  1. MasyaALLAH, materinya kereeennn simpel dan nabok aku banget Mak.
    Jujur aja, aku mualesss banget ngajarin anak, karena emang pelajaran SMP kan mulai susyaaahh gitu ya menurut eikeh.
    Bismillah. Semoga setelah ini jadi semangaaaattt

    ReplyDelete
  2. Tips nya bagus banget. Apalagi soal gadget, masalahnya mak kalo kita udah disipilin gadget ke anak tapi gak disupport bapak sama neneknya piyeee. Lali aku

    ReplyDelete
  3. Bagus banget mba materinya. Saya masih harus belajar sabar menghadapi anak anak mba apalagi klo lagi badan lagi capek plus harus ngajarin sekolah online rasanya kadang kelepasan ngomong keras sama anak😅😅

    ReplyDelete
  4. maasyaallah teh, kajian parenting selalu menarik sebagai bekal mendidik anak secara islami, karena anak adalah amanah ya teh, sebagai bekal gak hanya di dunia tapi juga di akhirat nanti aamiin

    ReplyDelete
  5. Mendidik anak memang ga mudah ya. Anak2 zaman dulu tentu berbeda dengan anak2 zaman now. Mereka lebih fleksibel, lebih percaya diri dengan segala fasilitas canggih dan segalanya yang modern. Didik anak2 sesuai ajaran Islam dengan baik. In sya allah kita bisa aamiin.

    ReplyDelete
  6. Masyaallah makasih mbak sharingnya, ini bisa diterapkan juga untuk anakku yg masih kecil. Jujur, anakku masih suka jd pelampiasan rasa kesal saya. HIkssss jadi maluuu

    ReplyDelete
  7. Kalau saya dari dulu berusaha untuk gak lepas tangan. Meskipun anak-anak udah sekolah, tetap aja di rumah juga memantau mereka belajar. Makanya gak gelagapan dan emosi ketika ada PJJ. Anak-anak juga udah biasa belajar sama ibunya ^_^

    ReplyDelete
  8. "Memantaskan diri sebagai pendidik pertama"... kudiingatkan lagi nih Mbak Lendy. Kadi ibu memang gak boleh berhenti belajar ya.

    ReplyDelete
  9. MasyaAllah, benar juga ya Mbk.Dengan adanya masa pendemi, justru membuat kita lebih dekat dengan keluarga, lebih intens berkomunikasi dan belajar dengan anak. Sebenrnya banyak hal positif yang terjadi di balik pandemi, kalo kita bersyukur.

    Subhanallah....
    Terima kasih sudah mengingatkan Mbk.

    ReplyDelete
  10. MasyaAllah, teh
    emang benar,dengan adanya masa pendemi, justru membuat kita lebih dekat dengan keluarga, lebih intens berkomunikasi dan belajar dengan anak. Sebenrnya banyak hal positif yang terjadi di balik pandemi, kalo kita bersyukur.

    hatur nuhun uda berbagi teh

    ReplyDelete
  11. Selama ini saya selalu mengingatkan diri sendiri, kalau ibu itu madrasah utama bagi anak-anaknya. Jadi memang harus ekstra sabar dan mau terus belajar supaya bisa jadi ibu yang baik untuk anak-anak

    ReplyDelete
  12. Butuh kesabaran tingkat tinggi seama pandemi, apalagi smeua dilakukan di rumah termasuk belajar. Alhamdulillah sunah-sunah yang biasa dilakukan di sekolah tetap dikerjakan dengan motivasi dari guru-guru juga kaya rutin tilawah, hafalan & sholat Dhuha

    ReplyDelete
  13. MasyaAllah aku jadi diingatkan kembali mbak sekranmg kita sorang ibu dan nasib anak2 ita tergantung pada doa kita ya?
    Iyes bener saat ini pendidikan anak seolah kembali kepada org tua seperti dulu saat gk ada sistem bernama sekolah ya TFS

    ReplyDelete
  14. Saya merasa masa pandemi begini harus banyak sabar. Dan islam telah mengajarkan banyak hal tentang pengajaran kepada anak

    ReplyDelete
  15. Huhu, aku kepengen nyerah sebenernya ngajarin anak di masa pandemi ini. Padahal cuma kelas 2 SD. Soalnya yang besar mah, yang udah SMA, udah bisa mandiri. Nah yang SD ini lho, menguji kesabaran banget. Banyak banget alesan untuk belajar dari rumah itu. Semoga aku bisa mengambil hikmah dari tulisan Lendy ini.

    ReplyDelete
  16. Aku juga jadi semangaat banget nih mba belajar lagi supaya bisa belajar bareng anak - anak

    ReplyDelete
  17. Makasih pencerahannya mba. Mendidik anak di masa pandemi ini memang luas biasa ya mba. Banyak-banyak sabar deh.

    ReplyDelete
  18. Teh Lendy, saya jujur aja udah merasa berattt banget karena harus 24x7 momong anak-anak. Bener2 tanpa jeda. Kadang saya juga marah, kesal, pusing karena yang namanya anak kan kadang juga gak nurut sama aturan kita. Saya juga pernah khilaf menghukum mereka. Biasanya terus saya nangis sendiri kalau malam. Tapi insyaallah, amalan doa-doa tadi tidak pernah putus saya lantunkan sejak melahirkan anak pertama. Ikhtiar mengasuh sudah, sisanya kita pasrahkan pada Allah melalui doa. Semoga anak-anak kita tumbuh salih-salihah selepas masa sulit ini. Amiin.

    ReplyDelete
  19. Masya Allah..makasih sharingnya Teh Lendy. Penting banget lho edukasi parenting mendidik anak di masa pandemi gini~

    ReplyDelete
  20. Memang mendidik anak tuh harus penuh kesabaran ya. Aku juga lagi belajar untuk meningkatkan kadar kesabaran nih. Bagaimanapun juga kewajiban kita untuk mendampingi dan mengarahkan dengan penuh kasih sayang.

    ReplyDelete
  21. wah.. Alhamdulillah dapet ilmu parenting.. Intinya kita tuh harus sabar ya..dalam mendidik anak sebaik-baiknya...

    ReplyDelete
  22. Materinya bagus. Menjadi pengingat saat stok sabar menipis...

    ReplyDelete
  23. iya kerasa banget sih dimasa pandemi mendidik anak susah banget , apalagi anak yang sudah sekolah yang harus menjalani sekolah online..anak yang punya tugas ortunya yang malah sibuk harus bantu kerjain..mana sudah lupa pula materinya ..wkwkwk

    ReplyDelete
  24. MasyaAllah, syukron sharing catatannya..
    semoga Allah mudahkan para orang tua mendidik anaknya... Aamiin

    ReplyDelete